Penderitaan Dalam Perjanjian Baru Surat Petrus
MENGGALI
ARTI DAN MAKNA PENDERITAAN DALAM KONTEKS SURAT PETRUS DAN REFLEKSINYA DALAM
BERTEOLOGI DALAM KONTEKS PANDEMIC SAAT INI
Ewen Josua Silitonga
I.
PENDAHULUAN
Secara
umum, topik mengenai penderitaan merupakan isu sepanjang zaman. Hal ini
dikarenakan penderitaan adalah fakta yang tidak dikehendaki namun tidak dapat
dihindari dan penderitaan sangat dekat dengan kehidupan manusia. Seorang tokoh
yang bernama Eka Darmaputera menulis dalam bukunya bahwa “penderitaan merupakan
bagian yang penuh dari kenyataan hidup”. Untuk itu, penderitaan sudah menjadi
bagian dalam kehidupan manusia yang hadir dalam bentuk yang berbeda-beda dan
dirasakan berbeda oleh setiap manusia. Penderitaan selalu identic dengan
kesusahan, ratapan, tangisan karena penderitaan selalu dipandang negative.
Realitas penderitaan yang dialami oleh manusia pada dasarnya terjadi karena
tindak kejahatan yang didalamnya terdapat unsur ketidakadilan, penyakit,
kecelakaan, kekerasan, dan lain-lain. namun, pada dasarnya penderitaan
merupakan keadaan yang sangat menyedihkan yang dirasakan karena tekanan, baik
yang diakibatkan berbagai faktor yang ditanggungkan kepada individu maupun
kelompok. Dengan demikian, penderitaan yang mengakibatkan keadaan seseorang
menjadi lebih buruk dan idak berdaya dalam menghadapi tantangan yang sedang
dialaminya. Pda tahun 2020, dunia menghadapi pandemic covid-19 yang berdampak
pada banyak aspek. Beberapa aspek yang dimaksudkan adalah perekonomian dan bisnis
menjadi lumpuh yang berdampak pada banyak perusahaan bangkrut dan karyawan
dirumahkan, kegiatan pendidikan dan peribadahan terhenti dan diubah dengan
metode online, kehidupan interaksi sosial manusia yang dibatasi dengan keadaan
hidup baru yang disebut dengan new normal, hingga banyak orang yang meninggal
akibat terkena virus covid-19. Dengan keadaan diatas, menunjukkan bahwa banyak
orang yang menderita pada situasi pandemic covid-19. Di dalam Alkitab ada
banyak teks yang berbicara mengenai penderitaan, salah satunya dalam kitab 1
Petrus. secara umum, surat 1 Petrus banyak berbicara tentang penderitaan. [1]
II.
PEMBAHASAN
2.1.Sekilas Surat 1 Petrus
Penulis
surat ini adalah simon Petrus seorang rasul Kristus yang paling terkenal. Ia
adalah orang Galilea seorang nelayan yang dibawa kepada Yesus pada awal
pelayananNya (Yoh.1:41-42). Simon adalah namanya yang sesungguhnya, Petrus
(batu karang) adalah suatu julukan yang diberikan kepadanya oleh Yesus yang
meramalkan bahwa sifatnya yang mudah terbawa perasaan dan mudah bimbang akan
menjadi teguh dan dapat diandalkan seperti batu karang. Dalam 1 Petrus
dinyatakan bahwa ia menulis dari “Babilon” (5:13). Ada tiga kemungkinan untuk
menafsirkan lokasi ini: Di Babilon kuno di Mesopotamia, dimana ada pemukiman
Yahudi sampai dalam masa kekristenan dimana ada kemungkinan Paulus telah
mendirikan sebuah gereja disana, sebuah kota di Mesir, sebuah nama mistis bagi
Roma yang digunakan oleh orang Kristen dalam arti segala kefasikan yang secara
historis dihubungkan dengan kota Babilonia di tepi sungai Efrat dan yang
dipakai oleh mereka untuk menyalurkan perasaannya tanpa rasa takut.[2]
Jika Petrus dianggap sebagai pengarangnya, maka surat ini paling baik
ditempatkan pada waktu Paulus ditawan di Roma atau Spanyol. Jadi, menurut perhitungan
surat ini ditulis kira-kira tahun 64.[3]
Agak pasti bahwa surat ini ditulis dari Roma yang juga disebut Babilon sebelum
Nero mulai melancarkan penganiayaan. Tujuan utama penulisan surat ini adalah
untuk menguatkan orang-orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan ditangan
orang-orang kafir (4:12), yang memungkinkan mereka juga menghadapi penganiayaan
dari pemerintah karena mereka orang Kristen. Inilah yang terjadi di masa Nero.
Surat ini ditujukan kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” diberbagai
propinsi Asia (1:1). [4]
Surat 1 Petrus dialamatkan kepada orang-orang pendatang yang tersebar di
Pontus, Galatia, Kapodokia, Asia kecil, dan Bitinia (1:1), surat ini ditujukan
kepada masyarakat Kristen Yahudi.[5]
Jemaat
yang disoroti oleh Petrus pada waktu itu sedang menghadapi kesukaran yang amat
sangat. Kepercayaan semakin mundur, juga sebagai akibat dari perlawanan yang
tak putus-putusnya dari segala pihak. Hamba-hamba yang telah memeluk agama
Kristen kerap kali dianiaya oleh tuannya yang masih belum mengenal Allah
(2:18),. Isteri-isteri Kristen kadang-kadang diperlakukan dengan kejam oleh
suaminya (3;1). Penderitaan orang Kristen yang tidak bersalah dihubungkan
dengan kehendak Allah. ketaatan kepada penguasa pemerintah dalam hal yang
sesuai dan berdasarkan hokum serta penuh kejujuran dipertahankan (2:13). Para
pembaca dinasehati supaya jangan terkejut karena api siksaan yang menyala-nyala
menimpa mereka (4:12). [6]
Drane Mengemukakan:
mereka tidak boleh lupa bahwa
mereka dipanggil untuk menyampaikan iman mereka kepada orang lain baik dengan
kata maupun dengan perbuatan,sebagai hasil kematian dan kebangkitan Kristus.
Dengan mengingat kembali makna semuanya itu orang Kristen harus menaati Allah
dan membagi kasih allah terhadap sesama.[7]
Jadi
1 petrus ditunjukkan kepada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah, untuk
memberitahukan kepada mereka bahwa dunia membenci orang percaya. Dengan jelas
dan tegas Petrus berulang-ulang meyatakan kekayaan imankristen. Dalam dunia ini
kita disiksa, tetapi kita mempunyai “suatu hidup yang penuh pengharapan” yang
tersimpan di sorga sebagai bagian yang tidak binasa (1:3-5). Sebab itu
hendaklah kita berusaha sekuat tenaga menjadi kudus sama seperti Dia yang kudus
(1:15).[8]
2.2.Pengertian penderitaan
2.2.1.
Penderitaan secara umum
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa penderitaan berasal dari kata derita yang
berarti sesuatu yang ditanggung seperti kesengsaraan dan kesusahan, yang mana
penderitaan itu cenderung dikaitkan dengan proses atau cara menderita dan juga
adanya penanggungan terhadap seseorang itu.[9]
2.2.2.
Penderitaan menurut Alkitab
·
Penderitaan
dalam PL
Penderitaan
dalam Perjanjian Lama sering disejajarkan dengan sakit penyakit, siksaan,
kesusahan, kemiskinan, kesakitan (Yeremia 15:8, Yes 65:14, Ayb.2:13), dukacita
(Yes.53:3-4), kesulitan atau keadaan yang tidak menyenangkan (Kej.3:16-17,
Kej.5:29). [10]
membawa keluar, dimana kata ini sering dihubungkan dengan kesakitan seorang
wanita keika melahirkan. Secara umum penderitaan dalam perjanjian lama
digambarkan sebagai situasi sakit atau
situasi tidak menyenangkan. [11]
Penderitaan juga dimaksud sebagai keadaan mental yang sukar atau tertekan, yang
kadangkala berhubungan dengan sakit fisik tetapi pula tidak, misalnya seperti
seorang gembala yang merasakan panas terik matahari dan kedinginan karena hujan
(kej.31:40), dll. Selain itu penderitaan dalam Perjanjian lama berbicara
tentang penderitaan yang diakibatkan oleh orang lain, misalnya :peperangan
(Yos.2:21), orang yang menderita akibat penindasan raja (Yer.22).[12]
Dalam Perjanjian lama ini dominan penderitaan dipahami selalu sebagai hukuman
atas ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap-terhadap perintah Yahwe. Walaupun
ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa penderitaan itu juga dipakai Allah
sebagai ujian untuk iman, seperti halnya kisah Ayub.
·
Penderitaan
dalam PB
Dalam suratnya, untuk kata “penderitaan” Petrus memakai kata Yunani
πάορω (pascho, penderitaan secara badani). Dalam Perjanjian Baru, kata ini
terutama dipakai untuk menunjuk kepada penderitaan Kristus dan penderitaan
orang percaya. Kata “penderitaan” ini muncul di surat 1 Petrus dalam bentuk
kata kerja sebanyak 12 kali (2:19, 20, 21, 23; 3:14, 17, 18; 4:1(2x), 15, 19;
5:10).9 Kata “penderitaan” ini dalam bentuk kata benda muncul sebanyak 4 kali
(1:11; 4:13; 5:1, 9).[13] Jika dijumlahkan
seluruhnya, maka ada 16 kali Petrus memakai kata “pascho.” Hal ini
tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu dari si penulis. Dan memang,
adalah merupakan kesengajaan oleh Petrus seringnya menggunakan kata
“penderitaan” dalam suratnya. Maksud dan tujuannya yang utama adalah untuk
memberikan pengertian yang benar mengenai penderitaan sebagai orang
percaya-mengapa terjadi dan bagaimana menyikapinya.
Kata yang senada dengan penderitaan yang juga terdapat dalam kitab 1
Petrus ini adalah kata πεηξαοκόζ, yang artinya “pencobaan”, (muncul dua kali
1:6; 4:12). Kedua, kata itu disertai dengan frasa “yang diuji kemurniannya
dalam api” (1:7) dan “nyala api siksaan yang datang sebagai ujian” (4:12).
Kedua kata dan frasa tersebut memberikan gambaran lengkap mengenai penderitaan
yang dialami oleh orang percaya.[14]
2.3.Konsep Penderitaan Dalam
Surat 1 Petrus
2.3.1.
Penderitaan Orang Percaya
Adalah fakta bahwa penderitaan tidak dapat terpisahkan dari
kekristenan. Hal ini bukan karena Allah tidak sanggup memberikan keselamatan
secara sempurna kepada umat-Nya, baik secara jiwa maupun fisik. Tetapi di balik
semua itu, ada tujuan Allah yang harus dipahami oleh orang-orang percaya.
Inilah inti berita dari surat 1 Petrus, agar orang percaya yang tersebar di
Asia Kecil yang sedang mengalami penderitaan dan aniaya dikuatkan. Tidaklah
mudah bagi orang percaya ketika diperhadapkan dengan berbagai aniaya, namun
tetap bertahan dan berjuang untuk melayani Yesus. Tenney menulis:
Bayangan penindasan yang
mengancam adalah tema dari surat ini. Penderitaan adalah salah satu kata kunci
dalam surat ini, yang disebutkan tidak kurang dari 16 kali. Gereja telah
“berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1:6), beberapa di antara
anggotanya “menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung” (2:19); ada
kemungkinan bahwa mereka harus “menderita juga karena kebenaran” (3:14), bahkan
karena berbuat baik (3:17). Hari-hari kelabu mungkin akan segera menjelang,
karena “nyala api siksa … sebagai ujian” akan datang kepada mereka dimana
mereka akan disamakan dengan pembunuh , pencuri, dan penjahat. Petrus mendorong
agar mereka tidak merasa malu bila mereka harus” menderita sebagai Kristen”
(4:12-16). Mereka tidak sendirian didalam penderitaan yang sama (5:9). Semuanya
harus menghadapi cobaan ini dengan sepenuh keberanian mereka. Surat ini adalah
suatu peringatan dan penghiburan sebagai persiapan bagi keadaan darurat yang
akan segera datang.[15]
Orang percaya diingatkan oleh Petrus agar
tidak tawar hati ketika menghadapi masa-masa yang paling sulit dan menderita.
Fokus utama orang percaya bukanlah pada penderitaan yang sementara ini, tetapi
pada Yesus Kristus yang telah mengalami penderitaan terlebih dahulu dan pada
pemeliharaan Allah bagi orang-orang percaya.
2.3.2.Penderitaan yang dialami
Para Hamba (1 Petrus 2:18-25)
Tujuan
utama Petrus dalam bagian ini adalah untuk menjelaskan penderitaan Kristus yang
secara badani telah dialami-Nya ketika berada di bumi (seperti yang terdapat
dalam keempat Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Ketiga Injil Sinopsis
(Matius, Markus dan Lukas) dan Injil Yohanes memiliki perbedaan dalam tujuan
penulisan, namun ketika mereka menjelaskan penderitaan Yesus mulai dari Ia
ditangkap sampai kepada proses penyaliban, kesamaan yang terdapat dalam keempat
Injil adalah fakta bahwa Kristus telah mengalami pendertiaan badani yang paling
sadis. Dalam bagian ini, Petrus memakai
kata πάορω (pascho, penderitaan) sebanyak empat kali (ayat 19, 20, 21 dan 23).
Keempatnya ada dalam bentuk kata kerja, dalam ayat 19 dalam kata kerja present
aktif participle maskulin tunggal; pada ayat 20 dalam kata kerja present Kata
kerja utama dalam bagian ini sebenarnya adalah “menanggung.” Ketika mengalami
penderitaan ketidakadilan dari seorang tuan yang bengis atau kejam, situasi
tersebut dapat ditanggung dengan penuh kesadaran dari Allah. Kesadaran
yang dimaksud adalah saat-saat dimana Allah mengizinkan semua itu terjadi. Hal
ini dibuktikan dengan diulanginya kata “kasih karunia” pada ayat 20 dengan
membandingkan situasinya jika seseorang mengalami penderitaan pukulan karena
dosa. Dua kali kata πάορω (pascho,
penderitaan) dikenakan pada orang percaya (hamba) yaitu dalam ayat 19 dan 20.
Dan dua kali kata itu dikenakan pada Kristus yaitu dalam ayat 21 dan 23. Bagian
ini memiliki susunan tata bahasa yang bagus sekali. Ada hubungan dan tujuan dari
pemakaian kata πάορω. Hubungan yang ada diantara keempat kata itu adalah bahwa
orang percaya diizinkan mengalami penderitaan badani sama seperti Kristus juga
telah mengalami penderitaan badani. Tujuannya adalah agar orang percaya
menjadikan Kristus sebagai teladan ketika mengalami penderitaan. Nasihat Petrus
dalam bagian ini fokus kepada para pekerja yang dapat juga disebut sebagai
budak. Perikop ini banyak kemiripan dengan bagian PB yang lain (Efesus 6:5-9;
Kolose 3:22-4:1; 1 Timotius 6:1-2; Titus 2:9-10 dan 1 Korintus 7:21-22). [16]
Petrus tidak menggunakan kata hamba yang biasa dipakai dalam PB dou/loi. Kata
yang dipakai untuk hamba pada bagian ini adalah oi` oivke,tai, bentuk tunggal
dari oivke,thj (ayat 18). Kata ini dapat berarti “hamba/budak di dalam rumah
atau budak domestik.”[17]
Petrus dalam hal ini tidak membahas perihal sikap tuan terhadap hamba,
melainkan sikap hamba terhadap tuan. Pada zaman itu, perbudakan dapat terjadi
di berbagai tempat di dunia. Di Roma sendiri, jumlah para hamba tidak jauh lebih
banyak dari pada orang bebas. Seorang hamba tidak berhak lagi sepenuhnya
terhadap dirinya sendiri. Hidupnya sepenuhnya telah menjadi miliki tuannya.[18]
Tidak ada unsur kebencian terhadap perhambaan dalam bagian ini, meskipun hal
ini tidak berarti penulis setuju terhadap perhambaan. Dia menulis bahwa pada
masa Perjanjian Baru, jumlah budak di Romawi sudah mencapai jutaan orang.
Penekanan Petrus ada pada kata “tunduklah dengan penuh ketakutan.” Ketika
membaca kalimat ini saja sudah memberikan kesan adanya perlakuan yang negative
dari seorang tuan kepada seorang hamba. Frasa ὑπνηαοοόκελνη ἐλ παληὶ θόβῳ pada
ayat 18 memakai bentuk Penderitaan yang dialami oleh seorang hamba karena
memiliki seorang tuan yang kejam adalah sebuah pengalaman yang tidak luput dari
pengetahuan Allah (ayat 19). Menanggung penderitaan yang seharusnya tidak
ditanggung adalah kasih karunia dari Allah dan atas kehendak Allah. Petrus
menjadikan Kristus sebagai Teladan Penderitaan bagi mereka. Kata yang dipakai
untuk “teladan” adalah ὑπνγξακκὸλ (2:21).
2.3.3.
Menanggung
Penderitaan Ketidakadilan (1 Petrus 3:14-22)
Ada dua bagian yang mendahului bagian ini yaitu 1 Petrus 3:1-7 dan
ayat 8- 13. Dalam kedua bagian sebelumnya memang tidak terdapat kata
penderitaan. Sedangkan dalam bagian ini Petrus memakai kata penderitaan
sebanyak tiga kali (dalam ayat 14, 17 dan 18). Meskipun dalam kedua bagian
sebelumnya Petrus tidak ada memakai kata penderitaan, tetapi kesan yang
ditimbulkan dari penjelasan Petrus mengenai kehidupan suami isteri (ayat 1-7)
dan mengenai kehidupan antara sesama orang percaya (ayat 8-13) adalah sama
yaitu suasana penderitaan terjadi karena telah menjadi Kristen. Ketundukan
seorang isteri (ayat 1) terhadap suami yang tidak taat oleh Firman pasti
mengalami penderitaan baik secara psikologis maupun secara badani (dalam bentuk
pemukulan atau yang serupa dengan itu). Demikian juga di antara sesama ketika
tidak menemukan kesepakatan dan perasaan yang sama (ayat 8) pasti akan
menimbulkan sikap dan perlakuan yang kasar/jahat (ayat 9). Sikap yang demkian
adalah penderitaan yang mau tidak mau dialami oleh orang percaya. Topik yang
dibicarakan dalam bagian ini adalah mengenai penderitaan yang seharusnya tidak
ditanggung oleh orang percaya. Tiga kali kata πάορω (pascho) dipakai dalam
bagian ini yakni dalam ayat 14, 17 dan 18. Dalam ayat 14 kata kerja menderita
dihubungkan dengan kebenaran. Dalam ayat 17 kata kerja menderita
dihubungkan dengan berbuat baik (dikehendaki Allah) dan dibandingkan dengan
menderita karena berbuat jahat. Dan dalam ayat 18 kata kerja menderita ada
dalam bentuk aorist aktif indikatif orang ketiga tunggal yang secara langsung
menunjuk kepada kematian Kristus di kayu salib sekali (untuk selamanya) demi
dosa manusia. Ayat 18 ini adalah ayat yang menjelaskan keterlibatan Allah
Tritunggal. Ketika sampai pada penjelasan kematian Kristus dan kebangkitan-Nya,
Petrus secara tidak langsung menjelaskan peranan Allah Tritunggal. Kristus
telah menderita dan mati bagi dosa manusia yang merupakan penggenapan dari apa
yang Roh nyatakan kepada para nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (1 Petrus
1:10-12). Roh turut membangkitakan Kristus dari kematian dan apa yang diperbuat
Kristus adalah untuk membuka jalan kepada Allah (Bapa) bagi manusia. Apa yang
hendak diajarkan oleh Petrus dalam bagian ini? Apa yang dijelaskan dalam ayat
13-17 dibuktikan oleh Petrus bahwa Kristus telah melakukannya lebih dahulu,
yaitu mati demi apa yang benar dan mati sebagai pengganti manusia yang berdosa
di kayu salib.[19]
Ini merupakan teladan yang sempurna dari Kristus. Kematian Kristus sebagai
pengganti bagi orang berdosa ditegaskan oleh frasa “Ia yang benar untuk
orang-orang yang tidak benar.”
2.3.4.
Penderitaan
Badani (1 Petrus 4:1, 15, 19)
Ada dua hal yang hendak dijelaskan Petrus dalam bagian ini:
a). Pertama, pada bagian ini Petrus hendak menjelaskan alasannya
mengapa orang Kristen mengalami penderitaan. Partikel νὖλ dalam ayat 1
menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya.[20]
Penderitaan yang Kristus alami adalah penderitaan secara badani/daging. Bagian
ini berhubungan dengan yang terdapat pada ayat sebelumnya dalam 3:18. Ayat 1
ini dapat dipahami sebagai penegasan kembali oleh Petrus dari 3:18. Frasa
“menderita penderitaan badani” dalam ayat ini menjelaskan hubungan antara
penderitaan Kristus dengan penderitaan orang percaya.[21]
Inilah pokok pikiran yang baru yang hendak dijelaskan oleh Petrus dalam bagian
ini. Pengikut Kristus tidak luput juga dari penderitaan yang akan datang.
Petrus mempersiapkan para pembacanya untuk dapat menerima penderitaan yang
mereka alami sebagai alat untuk menyucikan mereka. Kalimat mempersenjatai
dirimu dengan pikiran yang demikian memberikan pengertian bahwa karena Kristus
telah menderita secara jasmani, maka orang Kristen pun harus bersedia
menghadapi penderitaan secara jasmani. Bagian ini sebagai persiapan terhadap
penjelasan selanjutnya bahwa penderitaan yang akan dialami oleh orang percaya
digambarkan sebagai nyala api siksaan (4:12). Dan jika hal itu datang kepada
mereka, mereka tidak perlu heran karena diingatkan terlebih dahulu oleh Petrus
dan karena Kristus juga sudah menderita terlebih dahulu sebelum mereka.
b). Kedua, Petrus hendak mengatakan bahwa barangsiapa telah
menderita badani, ia telah berhenti berbuat dosa (4:1b). Apakah maksudnya telah
berhenti berbuat dosa? Perihal frasa tersebut Daniel C. Arichea berkomentar
demikian, “Bagian ini dapat diterjemahkan dengan menunjukkan bahwa seseorang
tidak mau lagi terus berbuat dosa, misalnya: dia pasti tidak mau berbuat dosa
lagi atau dia pasti mau meninggalkan atau juga dia pasti akan berpaling dari
dosa.”[22] Telah berhenti berbuat dosa dapat dipahami
sebagai sebuah keinginan tidak lagi mau (dosa telah kehilangan kekuatan
pengaruhnya dalam diriorang percaya) berbuat dosa. Hal ini sejalan dengan
penjelasan Petrus pada ayat-ayat sebelumnya ketika menjelaskan mengenai
baptisan dalam 3:21. Baptisan dimaknai sebagai kematian dalam baptisan Sudah
seharusnya orang percaya meninggalkan dosa di belakang mereka dan hidup dalam
kehidupan baru (Rm. 6:1-11).[23]
Orang Kristen yang menderita telah turut mengambil bagian dalam salib Kristus
dan tidak lagi terpikat oleh daya tarik dosa seperti keinginan-keinginan
manusiawi biasa, karena dia hanaya akan terpikat oleh daya tarik Allah (Gal.
6:14).[24]
Kehidupan yang baru itu berarti menggunakan waktu yang ada menurut
kehendak Allah yang dijelaskan dalam ayat selanjutnya (4:2). Keinginan manusia
dipertentangkan dengan kehendak Allah dalam ayat ini. Perbandingan yang benar
benar berbeda antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya. Adalah
merupakan kehendak Allah jika orang percaya menderita dinista karena nama
Kristus (4:14) dan adalah bukan kehendak Allah jika orang Kristen menderita
sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat atau pengacau (4:15). Dalam 4:19,
Petrus menyimpulkan penjelasannya agar orang Kristen yang menderita penderitaan
badani karena kehendak Allah menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik
kepada Pencipta yang setia. Nasihat yang dikembangkan oleh Petrus dalam bagian
ini adalah agar orang percaya tidak mengalami penderitaan karena perbuatan
jahat sehingga orang mencap mereka sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat,
atau pengacau (1Petrus 4:15). Jika mereka menderita karena hal yang dijelaskan
dalam ayat 15, keadaan itu bukanlah yang dikehendaki Allah. Orang Kristen hanya
akan menderita karena nama Kristus (ayat 16).
2.3.5.
Menderita Untuk Seketika Waktu Lamanya (1 Petrus 5:10)
Apa yang ditegaskan Petrus dalam penutup suratnya ini bila ditinjau
dari susunan gramatikanya adalah bahwa, pertama: Allah, yang memiliki semua/banyak
kasih karunia adalah Pribadi yang telah memanggil orang-orang percaya untuk
masuk ke dalam kekekalan kemuliaan-Nya; kedua: Allah memanggil orang-orang
percaya melalui Kristus Yesus; ketiga: orang-orang percaya diizinkan untuk
mengalami/ merasakan penderitaan (konsekuensi dari panggilan tersebut) sebagai
orang Kristen; keempat: Allah aktif dalam memberikan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan, mengokohkan/mendasarkan orang Kristen selama mereka mengalami
penderitaan. Bentuk future active indicative dari kata keempat kata
kerja ini menekankan dua tujuan utama: dari sudut pandang aspek (with
reference to aspect) dan sudut pandang waktu (with reference to time).
Dalam ayat ini tujuan utamanya adalah ditinjau dari sudut pandang kedua, yaitu
sudut pandang waktu. Penekanan utama dari tenses/bentuk waktu ini adalah
kehadiran dari si pembicara (selalu) dalam waktu yang akan datang.[25] Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran Allah pada waktu yang akan datang
ketika orang percaya sedang mengalami penderitaan adalah pasti dan selalu,
sumber dari semua kasih karunia yang sanggup untuk menjamin tindakan akan
melengkapi, meneguhkan, menguatkan, mengokohkan/mendasarkan. Sampai kapankah
atau berapa lamakah orang percaya harus mengalami penderitaan? Ini merupakan
pertanyaan yang sering diajukan oleh orang yang sedang mengalami penderitaan.
Tidak menutup kemungkinan juga bahwa penerima surat 1 Petrus ini mempertanyakan
pertanyaan yang sama. Jawaban dari Petrus adalah bahwa Penderitaan Orang
Kristen berlangsung hanya seketika waktu saja lamanya. Penderitaan ini hanya
merupakan bagian kecil dari hidup orang Kristen jika dibandingkan dengan apa
yang akan Allah berikan kelak kepada orang percaya.[26] 1 Petrus 5:10-11
merupakan kesimpulan penutup Petrus dalam seluruh berita suratnya yang pertama
ini. Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan orang percaya akan perlindungan
Allah ketika sedang mengalami penderitaan. Waktu yang seketika
lamanya/sangat singkat ketika mengalami penderitaan dapat dipahami jika dibandingkan
dengan panggilan Kristus bagi orang percaya kepada kemuliaan-Nya yang kekal.
2.4.
Pandemi Global Covid 19
2.4.1. Pengertian
Pandemi
Menurut KBBI Pandemi adalah penyakit
yang menyebar secara global meliputi area geografis yang luas.[27]
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi ini tidak ada kaitannya
dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi. Akan tetapi,
pandemi berhubungan dengan penyebaran secara geografis.[28] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi
mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global. Hal ini diumumkan Rabu
(11/3/2020) malam. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, Covid-19 telah
menginfeksi lebih dari 126.000 orang di 123 negara, dari Asia, Eropa, AS,
hingga Afrika Selatan. "Dalam dua minggu terakhir jumlah kasus di luar
China telah meningkat tiga belas kali lipat dan jumlah negara yang terkena
dampak meningkat tiga kali lipat," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros
Adhanom Ghebreyesusus dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa. Pandemi
bisa dikatakan penyakit menular.[29] Sepanjang sejarah, sejumlah pandemi penyakit telah terjadi,
seperti cacar (Variola)[30]
dan tuberkulosis.[31]
Salah satu pandemi yang paling menghancurkan adalah maut hitam,[32]
yang menewaskan sekitar 75–200 juta orang pada abad ke-14.[33]
Jadi pandemi itu adalah penyakit yang menyebar luas secara gelobal meliputi
secara luas ke berbagai tempat dan menyebabkan terjadinya kematian dari
berbagai aspek kehidupan manusia.
2.4.2.
Pengertian covid 19
Virus corona adalah virus yang biasanya
menyerang saluran pernapasan. Nama ini berasal dari kata Latin “corona” yang artinya adalah mahkota.
Nama ini diambil karena bagian luar yang mengelilingi virus-virus ini runcing
seperti mahkota.[34]
Corona virus diases 2019 atau yang biasa disingkat Covid-19 adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis corona virus.
Penderita Covid 19 dapat mengalami demam, batuk kering dan kesulitan bernafas,
gejala dapat berkembang menjadi pneumonia berat. Covid 19 ini adalah virus yang
bisa menyebar dari satu orang ke orang lain melalui droplet cairan atau
cipratan liur yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin,
batuk, bahkan berbicara. Jarak jangkau droplet biasanya hingga 1 meter. Droplet
bisa menempel di benda, namun tidak akan bertahan lama di udara. Masa waktu
dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis antara 1 – 14 hari dengan
rata-rata 5 hari. Maka, orang yang sedang sakit diwajibkan memakai masker guna
meminimalisir penyebaran droplet. Namun sampai saat ini belum diketahui
penyebab dari virus corona, tetapi diketahui virus ini disebabkan oleh hewan
dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies lainnya, termasuk manusia.
Diketahui virus corona berasal dari kota Wuhan di China dan muncul pada
desember 2019, dan akibat penularanya begitu cepat serta korban-korbannya yang
terus bertambah, maka pada 11 maret 2020 organisasi Kesehatan dunia (WHO)
menetapkan sebagai pandemi, artinya wabah yang berjangkit serempak dimana-mana,
meliputi daerah geografis yang luas atau penyakit epidemic yang tersebar
luas. Penetapan covid 19 menjadi pandemi, juga di implementasikan oleh
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.[35]
Indonesia sendiri ada virus corona setelah dua orang Indonesia dinyatakan
positif terjangkit virus corona, maka presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020
mengeluarkan himbauan: physical distancing, menjaga jarak atau
pembatasan fisik. Himbauan ini mengakibatkan semua kegiatan yang menuntut
kerumunan orang harus dihentikan. Masing-masing orang harus: tetap di rumah
(melakukan kegiatan dari rumah); tidak berjabat tangan; menjaga jarak minimal
1,5 meter; menggunakan masker, rutin cuci tangan dengan sabun atau hand
sanitizer, istirahat yang cukup, olahraga; mengkonsumsi vitamin C dan E.
tentu saja efek C-19 ini tiba-tiba merubah gaya, pola dan tampilan hidup orang
yang dalam hubungan kekerabatanya, kegiatan ekonomi, dan terutama kegiatan
seremonialnya. Ibadah dan kegiatan gereja di tutup namun di lakukan secara
virtual.
2.5.
Refleksi
Pada saat pandemi umat manusia diseluruh
dunia diperhadapkan dengan wabah virus corona dan keadaan yang sangat
mengejutkan dan meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan. Bukan hanya
kekhawatiran akan penderitaan fisik yang diakibatkan oleh covid-19, namun juga
seluruh aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, hingga religiositas dan
spiritualitas manusia menjadi terganggu. Di tengah situasi ini banyak orang
mengalami penderitaan yang luar biasa karena kebiasaan yang selama ini sudah
berjalan terganggu dengan hadirnya covid 19 tersebut. Hidup di tengah dunia
tidak akan pernah terlepas dengan yang namanya penderitaan karena penderitaan
harus dijalani manusia karena manusia telah jatuh ke dalam dosa. Akan tatapi
walaupun penderitaan itu menghampiri itu tidak selalu mambuat manusia jatuh
terpuruk. Dari penderitaan manusia belajar untuk bertahan, bertumbuh, berproses
menjadi lebih baik. Dari penderitaan manusia belajar untuk semakin berempati
terhadap dirinya, keluarga dan lingkungan di mana ia berada. Dari penderitaan
juga bisa menghadirkan ide ide yang baru sehingga di dalam kelangsungan
kehidupan manusia boleh saling berbagi, peduli satu dengan yang lainnya.
Penderitaan juga bisa menghadirkan kedisiplinan hidup sehingga membuat kualitas
hidup semakin lebih baik. Oleh karena itu ketika seseorang sedang menghadapi
penderitaan dalam hidupnya hendaklah ia jangan menggerutu dan menyalahkan
keadaan, menyalahkan dirinya sendiri dan orang lain, tetapi selalu belajar
mengambil nilai positif yang ada di setiap penderitaan yang datang sehingga
kita bisa belajar untuk menjadi yang lebih baik.
III.
KESIMPULAN
1. Tidak diragukan lagi bahwa
surat 1 Petrus merupakan surat yang memberikan pengharapan di tengah-tengah
penderitaan sebagai orang Kristen. Penderitaan orang percaya adalah untuk
membuktikan kemurnian iman (1 Petrus 1:7), penderitaan yang bukan karena perbuatan
dosa, melainkan karena kasih karunia Allah dengan Kristus sebagai teladan
(2:19-21), dan tidak perlu heran jika sebagai orang Kristen harus menderita
penganiayaan karena Kristus juga telah lebih dahulu menderita (4:12-16).
2. Penderitaan
orang percaya merupakan kehendak Allah dan bertujuan untuk membuktikkan
kemurnian iman di dalam Yesus Kristus. Petrus menegaskan dalam suratnya bahwa
karena Kristus telah menderita penderitaan badani, hendaknya juga orang percaya
memperlengkapi pikiran dengan sikap yang demikian (1 Petrus 4;1). Dalam
menghadapi penderitaan badani, orang percaya diingatkan petrus untuk
menyerahkan kehidupan mereka pada kesetiaan Allah sebagai pencipta (4:19).
Kesetiaan Allah merupakan jaminan bagi orang percaya dalam menghadapi
penderitaan.
3. Orang
percaya dalam surat 1 Petrus adalah mereka yang sudah menerima Tuhan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Mereka meyakini bahwa hidup ini
adalah anugerah dari Allah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga,
sekalipun oleh kematian. Petrus mengajak orang percaya untuk meneladani
kehidupan Yesus Kristus dalam penderitaan-Nya.
4. Petrus
memberikan perintah kepada para hamba-hamba untuk tetap diam dalam perbuatan
baik. Dalam hal ini Rasul Petrus memberikan pandangan bagi para hamba-hamba
bahwa Kristus yang adalah kebenaran pun mengalami penderitaan. Sangatlah jelas
Petrus memberitahukan kepada mereka kemungkinan akan terjadi penganiayaan dan
penderitaan bagi mereka. Dan jika mereka dianiaya karena berbuat baik maka itu
adalah kasih karunia.
5. Wabah
covid 19 yang terjadi saat ini dapat menimpa siapapun tanpa memandang bulu,
karena itu orang percaya diharapkan untuk selalu mengandalkan Tuhan dan mematuhi aturan pemerintah. Perlindungan
Allah yang dideskripsikan sebagai jaminan pemeliharaan Tuhan terjadi dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi acuan konsep pemeliharaan dan
proteksi Tuhan di masa pandemi ini. Perlindungan Allah berlaku untuk kehidupan
keseharian umatNya di dalam dunia yang penuh penderitaan. Jika Tuhan
mengijinkan orang percaya masuk dalam penderitaan akibat covid 19, pasti Allah
memberi kekuatan untuk menanggung penderitaan itu. Jika Allah menginjinkan
orang percaya meninggal karena covid 19 itu juga adalah bentuk perlindungan
Allah dalam hal memelihara iman orang tersebut. Orang percaya masa kini
diharapkan menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan dengan cara taat kepada
aturan yang dibuat pemerintah yang menjadi sarana untuk memelihara orang
percaya dalam situasi pandemi covid-19.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
…………KBBI,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
A.F.walls, Petrus,Surat pertama dalam ensiklopedia
Alkitab Masa Kini jilid II M--Z Jakarta:YKBK, 2007
A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early
Christian Literature, Third Edition (BDAG
2000).
Ais, Rohadatul, Komunikasi Efektif Di Masa Pandemi Covid-19
Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Era 4.0, Tangerang: Makmood Publishing,
2020
Arichea
,Daniel C. Jr., dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat 1
Petrus, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009,
Arichea dan
Nida, 81. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Yekobus, 1
dan 2 Petrus,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005
Dieter, Horst Theology of The Old testament Vol.II,
(Einburg:T&T Clrk,1984
Duyverman, M.e. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM,1996
Eldon Ladd, George, Teologi Perjanjian Baru jilid II, bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2022
Gemeren, William Avan New International Dictionary of The Old
Testament Theologi And Exegesis Vol II, (Paternoster Press, 1977)
H.David Wheaton,Ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3,
Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003
Holladay,Carl R. A Critical Introduction to The New testament
,Nazhville, Abingdon Press, 2005
John drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2011
J.H.bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (BPK-GM, 2007)
L. Constable, Thomas, Notes
on 1 Peter 2013 Edition, Copyright © 2013 Published by Sonic Light:
http://www.soniclight.com
Masriadi, H. Epidemiologi Penyakit Menular, Depok: PT.
Raja Grafindo, 2014
Munthe, Pardomuan, Gempa
Rohani, Medan: Pt. Penerbit Mitra Grup, 2020
Paine,Stephen W 1
Petrus dalam The Wycliffe Bible Commentary, Malang: Gandum Mas, 2001
Raymer, Roger M. 1
Peter dalam Bible Knowledge Commentary: New Testament, CD ROOM: PC Study
Bible 5, Copyright©, 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights
reserved
Richard Lawrence O., ensyclopedianof Bible Words, Grand
Rapids Michigan:Zondervan Publishing House,1991
Sapan Sara L, dan Dicky
Dominggus, Tanggungjawab Penggembalaan
Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4, Jurnal Teologi Amreta, 2020
Tenney, Merril G, Survai
Perjanjian Baru, Malang-gandum Mas,1997
Wallace,Daniel B. The
Basics of New Testament Syntax, Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2000
W.F.amdt, F.W.Gingrich,
and F.W.Danker, A Greek-english Lexicon
oh The New Testament and other early Christian Literature, Third edition (BDAG),
(University of Chicago, 2000)
https://kbbi.web.id/pandemi,
diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.00 Wib
https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi,
diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.30 Wib
[1] Sara L, Sapan dan Dicky
Dominggus, Tanggungjawab Penggembalaan
Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4, (Jurnal Teologi Amreta, 2020), 124
[2] Merril G Tenney, Survai Perjanjian Baru, (Malang-gandum
Mas,1997),430
[3] M.e.Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta:
BPK-GM,1996), 183
[4] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru jilid II, (bandung:Yayasan
Kalam Hidup,2022), 405
[5] David H.Wheaton,Ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3,
(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003), 813
[6] A.F.walls, Petrus,Surat pertama dalam ensiklopedia
Alkitab Masa Kini jilid II M--Z (Jakarta:YKBK, 2007), 259
[7] John drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia, 2011), 488
[8] J.H.bavinck, Sejarah Kerajaan Allah, (BPK-GM, 2007), 910
[9] …………KBBI, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), 119
[10] William Avan Gemeren, New International Dictionary of The Old
Testament Theologi And Exegesis Vol II, (Paternoster Press, 1977), 575
[11] Lawrence O.Richard, ensyclopedianof Bible Words, (Grand
Rapids Michigan:Zondervan Publishing House,1991), 472
[12] Horst Dieter, Theology of The Old testament Vol.II,
(Einburg:T&T Clrk,1984), 141
[13] W.F.amdt, F.W.Gingrich,
and F.W.Danker, A Greek-english Lexicon
oh The New Testament and other early Christian Literature, Third edition (BDAG),
(University of Chicago, 2000)
[14] Carl R.Holladay, A Critical Introduction to The New testament
, (Nazhville, Abingdon Press, 2005), 697
[15] Marril G.Tenney, Survei Perjanjian Baru, 425
[16] Daniel C. Arichea Jr., dan Eugene A. Nida, Pedoman
Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia),
2009, 81.
[17] A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other
Early Christian Literature, Third Edition (BDAG
2000).
[18] Arichea
dan Nida, 81. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Yekobus,
1 dan 2 Petrus,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 334.
[19] Roger M. Raymer, 1
Peter dalam Bible Knowledge Commentary: New Testament, (CD ROOM: PC Study
Bible 5, Copyright©, 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights
reserved.)
[20] A Greek-English Lexicon
of the New Testament and Other Early Christian Literature, Third Edition (BDAG
2000).
[21] Arichea Jr., dan Nida, Pedoman
Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, 130.
[22] Ibid., 131.
[23] Thomas L. Constable, Notes
on 1 Peter 2013 Edition, (Copyright © 2013 Published by Sonic Light:
http://www.soniclight.com), 55.
[24] Stephen W. Paine, 1
Petrus dalam The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas,
2001), 1007
[25] Daniel B. Wallace, The
Basics of New Testament Syntax, (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2000),
244.
[26] Arichea Jr., dan Nida, Pedoman
Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, 178.
[27] https://kbbi.web.id/pandemi, diakses selasa 05 Oktober
2021, pukul 20.00 Wib
[28] Rohadatul Ais, Komunikasi Efektif Di Masa Pandemi Covid-19
Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Era 4.0, (Tangerang: Makmood Publishing,
2020), 33-34
[29] H. Masriadi, Epidemiologi Penyakit Menular, (Depok:
PT. Raja Grafindo, 2014), 1-2.
[30] Variola atau cacar adalah
penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus Variola major atau
Variola minor. Penyakit ini dikenal dengan nama latinnya, Variola atau
Variola vera, yang berasal dari kata latin virus, yang berarti
“berbintik”, atau Varus yang artinya jerawat.
[31] Tuberkulosis, atau Tb
merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan.
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umum Mycobacterium
tuberculosis (disingkat “Mtb” atau “MTbc”)
[32] Maut Hitam, disebut juga Wabah Hitam atau Black
Death, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad
ke-14 (1347 – 1351 ) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia
dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan
bagian dari pandemi multiregional.
[33] https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi, diakses selasa 05 Oktober
2021, pukul 20.30 Wib
[34] Rohadatul Ais, Komunikasi Efektif di Masa Pandemi Covid-19,
33-34
[35] Pardomuan Munthe, Gempa
Rohani, (Medan: Pt. Penerbit Mitra Grup, 2020), 03