Penderitaan Dalam Perjanjian Baru Surat Petrus

 

 

MENGGALI ARTI DAN MAKNA PENDERITAAN DALAM KONTEKS SURAT PETRUS DAN REFLEKSINYA DALAM BERTEOLOGI DALAM KONTEKS PANDEMIC SAAT INI

Ewen Josua Silitonga

 

I.       PENDAHULUAN

Secara umum, topik mengenai penderitaan merupakan isu sepanjang zaman. Hal ini dikarenakan penderitaan adalah fakta yang tidak dikehendaki namun tidak dapat dihindari dan penderitaan sangat dekat dengan kehidupan manusia. Seorang tokoh yang bernama Eka Darmaputera menulis dalam bukunya bahwa “penderitaan merupakan bagian yang penuh dari kenyataan hidup”. Untuk itu, penderitaan sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang hadir dalam bentuk yang berbeda-beda dan dirasakan berbeda oleh setiap manusia. Penderitaan selalu identic dengan kesusahan, ratapan, tangisan karena penderitaan selalu dipandang negative. Realitas penderitaan yang dialami oleh manusia pada dasarnya terjadi karena tindak kejahatan yang didalamnya terdapat unsur ketidakadilan, penyakit, kecelakaan, kekerasan, dan lain-lain. namun, pada dasarnya penderitaan merupakan keadaan yang sangat menyedihkan yang dirasakan karena tekanan, baik yang diakibatkan berbagai faktor yang ditanggungkan kepada individu maupun kelompok. Dengan demikian, penderitaan yang mengakibatkan keadaan seseorang menjadi lebih buruk dan idak berdaya dalam menghadapi tantangan yang sedang dialaminya. Pda tahun 2020, dunia menghadapi pandemic covid-19 yang berdampak pada banyak aspek. Beberapa aspek yang dimaksudkan adalah perekonomian dan bisnis menjadi lumpuh yang berdampak pada banyak perusahaan bangkrut dan karyawan dirumahkan, kegiatan pendidikan dan peribadahan terhenti dan diubah dengan metode online, kehidupan interaksi sosial manusia yang dibatasi dengan keadaan hidup baru yang disebut dengan new normal, hingga banyak orang yang meninggal akibat terkena virus covid-19. Dengan keadaan diatas, menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita pada situasi pandemic covid-19. Di dalam Alkitab ada banyak teks yang berbicara mengenai penderitaan, salah satunya dalam kitab 1 Petrus. secara umum, surat 1 Petrus banyak berbicara tentang penderitaan. [1]

  

II.    PEMBAHASAN

2.1.Sekilas  Surat 1 Petrus

Penulis surat ini adalah simon Petrus seorang rasul Kristus yang paling terkenal. Ia adalah orang Galilea seorang nelayan yang dibawa kepada Yesus pada awal pelayananNya (Yoh.1:41-42). Simon adalah namanya yang sesungguhnya, Petrus (batu karang) adalah suatu julukan yang diberikan kepadanya oleh Yesus yang meramalkan bahwa sifatnya yang mudah terbawa perasaan dan mudah bimbang akan menjadi teguh dan dapat diandalkan seperti batu karang. Dalam 1 Petrus dinyatakan bahwa ia menulis dari “Babilon” (5:13). Ada tiga kemungkinan untuk menafsirkan lokasi ini: Di Babilon kuno di Mesopotamia, dimana ada pemukiman Yahudi sampai dalam masa kekristenan dimana ada kemungkinan Paulus telah mendirikan sebuah gereja disana, sebuah kota di Mesir, sebuah nama mistis bagi Roma yang digunakan oleh orang Kristen dalam arti segala kefasikan yang secara historis dihubungkan dengan kota Babilonia di tepi sungai Efrat dan yang dipakai oleh mereka untuk menyalurkan perasaannya tanpa rasa takut.[2] Jika Petrus dianggap sebagai pengarangnya, maka surat ini paling baik ditempatkan pada waktu Paulus ditawan di Roma atau Spanyol. Jadi, menurut perhitungan surat ini ditulis kira-kira tahun 64.[3] Agak pasti bahwa surat ini ditulis dari Roma yang juga disebut Babilon sebelum Nero mulai melancarkan penganiayaan. Tujuan utama penulisan surat ini adalah untuk menguatkan orang-orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan ditangan orang-orang kafir (4:12), yang memungkinkan mereka juga menghadapi penganiayaan dari pemerintah karena mereka orang Kristen. Inilah yang terjadi di masa Nero. Surat ini ditujukan kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” diberbagai propinsi Asia (1:1). [4] Surat 1 Petrus dialamatkan kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapodokia, Asia kecil, dan Bitinia (1:1), surat ini ditujukan kepada masyarakat Kristen Yahudi.[5]

Jemaat yang disoroti oleh Petrus pada waktu itu sedang menghadapi kesukaran yang amat sangat. Kepercayaan semakin mundur, juga sebagai akibat dari perlawanan yang tak putus-putusnya dari segala pihak. Hamba-hamba yang telah memeluk agama Kristen kerap kali dianiaya oleh tuannya yang masih belum mengenal Allah (2:18),. Isteri-isteri Kristen kadang-kadang diperlakukan dengan kejam oleh suaminya (3;1). Penderitaan orang Kristen yang tidak bersalah dihubungkan dengan kehendak Allah. ketaatan kepada penguasa pemerintah dalam hal yang sesuai dan berdasarkan hokum serta penuh kejujuran dipertahankan (2:13). Para pembaca dinasehati supaya jangan terkejut karena api siksaan yang menyala-nyala menimpa mereka (4:12). [6] Drane Mengemukakan:

mereka tidak boleh lupa bahwa mereka dipanggil untuk menyampaikan iman mereka kepada orang lain baik dengan kata maupun dengan perbuatan,sebagai hasil kematian dan kebangkitan Kristus. Dengan mengingat kembali makna semuanya itu orang Kristen harus menaati Allah dan membagi kasih allah terhadap sesama.[7]

Jadi 1 petrus ditunjukkan kepada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah, untuk memberitahukan kepada mereka bahwa dunia membenci orang percaya. Dengan jelas dan tegas Petrus berulang-ulang meyatakan kekayaan imankristen. Dalam dunia ini kita disiksa, tetapi kita mempunyai “suatu hidup yang penuh pengharapan” yang tersimpan di sorga sebagai bagian yang tidak binasa (1:3-5). Sebab itu hendaklah kita berusaha sekuat tenaga menjadi kudus sama seperti Dia yang kudus (1:15).[8]

 

2.2.Pengertian penderitaan

2.2.1. Penderitaan secara umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa penderitaan berasal dari kata derita yang berarti sesuatu yang ditanggung seperti kesengsaraan dan kesusahan, yang mana penderitaan itu cenderung dikaitkan dengan proses atau cara menderita dan juga adanya penanggungan terhadap seseorang itu.[9]

 

2.2.2. Penderitaan menurut Alkitab

·         Penderitaan dalam PL

Penderitaan dalam Perjanjian Lama sering disejajarkan dengan sakit penyakit, siksaan, kesusahan, kemiskinan, kesakitan (Yeremia 15:8, Yes 65:14, Ayb.2:13), dukacita (Yes.53:3-4), kesulitan atau keadaan yang tidak menyenangkan (Kej.3:16-17, Kej.5:29). [10] membawa keluar, dimana kata ini sering dihubungkan dengan kesakitan seorang wanita keika melahirkan. Secara umum penderitaan dalam perjanjian lama digambarkan sebagai situasi  sakit atau situasi tidak menyenangkan. [11] Penderitaan juga dimaksud sebagai keadaan mental yang sukar atau tertekan, yang kadangkala berhubungan dengan sakit fisik tetapi pula tidak, misalnya seperti seorang gembala yang merasakan panas terik matahari dan kedinginan karena hujan (kej.31:40), dll. Selain itu penderitaan dalam Perjanjian lama berbicara tentang penderitaan yang diakibatkan oleh orang lain, misalnya :peperangan (Yos.2:21), orang yang menderita akibat penindasan raja (Yer.22).[12] Dalam Perjanjian lama ini dominan penderitaan dipahami selalu sebagai hukuman atas ketidaksetiaan bangsa Israel terhadap-terhadap perintah Yahwe. Walaupun ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa penderitaan itu juga dipakai Allah sebagai ujian untuk iman, seperti halnya kisah Ayub.

 

·         Penderitaan dalam PB

Dalam suratnya, untuk kata “penderitaan” Petrus memakai kata Yunani πάορω (pascho, penderitaan secara badani). Dalam Perjanjian Baru, kata ini terutama dipakai untuk menunjuk kepada penderitaan Kristus dan penderitaan orang percaya. Kata “penderitaan” ini muncul di surat 1 Petrus dalam bentuk kata kerja sebanyak 12 kali (2:19, 20, 21, 23; 3:14, 17, 18; 4:1(2x), 15, 19; 5:10).9 Kata “penderitaan” ini dalam bentuk kata benda muncul sebanyak 4 kali (1:11; 4:13; 5:1, 9).[13] Jika dijumlahkan seluruhnya, maka ada 16 kali Petrus memakai kata “pascho.” Hal ini tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu dari si penulis. Dan memang, adalah merupakan kesengajaan oleh Petrus seringnya menggunakan kata “penderitaan” dalam suratnya. Maksud dan tujuannya yang utama adalah untuk memberikan pengertian yang benar mengenai penderitaan sebagai orang percaya-mengapa terjadi dan bagaimana menyikapinya.

Kata yang senada dengan penderitaan yang juga terdapat dalam kitab 1 Petrus ini adalah kata πεηξαοκόζ, yang artinya “pencobaan”, (muncul dua kali 1:6; 4:12). Kedua, kata itu disertai dengan frasa “yang diuji kemurniannya dalam api” (1:7) dan “nyala api siksaan yang datang sebagai ujian” (4:12). Kedua kata dan frasa tersebut memberikan gambaran lengkap mengenai penderitaan yang dialami oleh orang percaya.[14]

 

2.3.Konsep Penderitaan Dalam Surat 1 Petrus

2.3.1.      Penderitaan Orang Percaya

Adalah fakta bahwa penderitaan tidak dapat terpisahkan dari kekristenan. Hal ini bukan karena Allah tidak sanggup memberikan keselamatan secara sempurna kepada umat-Nya, baik secara jiwa maupun fisik. Tetapi di balik semua itu, ada tujuan Allah yang harus dipahami oleh orang-orang percaya. Inilah inti berita dari surat 1 Petrus, agar orang percaya yang tersebar di Asia Kecil yang sedang mengalami penderitaan dan aniaya dikuatkan. Tidaklah mudah bagi orang percaya ketika diperhadapkan dengan berbagai aniaya, namun tetap bertahan dan berjuang untuk melayani Yesus. Tenney menulis:

Bayangan penindasan yang mengancam adalah tema dari surat ini. Penderitaan adalah salah satu kata kunci dalam surat ini, yang disebutkan tidak kurang dari 16 kali. Gereja telah “berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1:6), beberapa di antara anggotanya “menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung” (2:19); ada kemungkinan bahwa mereka harus “menderita juga karena kebenaran” (3:14), bahkan karena berbuat baik (3:17). Hari-hari kelabu mungkin akan segera menjelang, karena “nyala api siksa … sebagai ujian” akan datang kepada mereka dimana mereka akan disamakan dengan pembunuh , pencuri, dan penjahat. Petrus mendorong agar mereka tidak merasa malu bila mereka harus” menderita sebagai Kristen” (4:12-16). Mereka tidak sendirian didalam penderitaan yang sama (5:9). Semuanya harus menghadapi cobaan ini dengan sepenuh keberanian mereka. Surat ini adalah suatu peringatan dan penghiburan sebagai persiapan bagi keadaan darurat yang akan segera datang.[15]

Orang percaya diingatkan oleh Petrus agar tidak tawar hati ketika menghadapi masa-masa yang paling sulit dan menderita. Fokus utama orang percaya bukanlah pada penderitaan yang sementara ini, tetapi pada Yesus Kristus yang telah mengalami penderitaan terlebih dahulu dan pada pemeliharaan Allah bagi orang-orang percaya.

 

2.3.2.Penderitaan yang dialami Para Hamba (1 Petrus 2:18-25)

Tujuan utama Petrus dalam bagian ini adalah untuk menjelaskan penderitaan Kristus yang secara badani telah dialami-Nya ketika berada di bumi (seperti yang terdapat dalam keempat Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Ketiga Injil Sinopsis (Matius, Markus dan Lukas) dan Injil Yohanes memiliki perbedaan dalam tujuan penulisan, namun ketika mereka menjelaskan penderitaan Yesus mulai dari Ia ditangkap sampai kepada proses penyaliban, kesamaan yang terdapat dalam keempat Injil adalah fakta bahwa Kristus telah mengalami pendertiaan badani yang paling sadis.  Dalam bagian ini, Petrus memakai kata πάορω (pascho, penderitaan) sebanyak empat kali (ayat 19, 20, 21 dan 23). Keempatnya ada dalam bentuk kata kerja, dalam ayat 19 dalam kata kerja present aktif participle maskulin tunggal; pada ayat 20 dalam kata kerja present Kata kerja utama dalam bagian ini sebenarnya adalah “menanggung.” Ketika mengalami penderitaan ketidakadilan dari seorang tuan yang bengis atau kejam, situasi tersebut dapat ditanggung dengan penuh kesadaran dari Allah. Kesadaran yang dimaksud adalah saat-saat dimana Allah mengizinkan semua itu terjadi. Hal ini dibuktikan dengan diulanginya kata “kasih karunia” pada ayat 20 dengan membandingkan situasinya jika seseorang mengalami penderitaan pukulan karena dosa.  Dua kali kata πάορω (pascho, penderitaan) dikenakan pada orang percaya (hamba) yaitu dalam ayat 19 dan 20. Dan dua kali kata itu dikenakan pada Kristus yaitu dalam ayat 21 dan 23. Bagian ini memiliki susunan tata bahasa yang bagus sekali. Ada hubungan dan tujuan dari pemakaian kata πάορω. Hubungan yang ada diantara keempat kata itu adalah bahwa orang percaya diizinkan mengalami penderitaan badani sama seperti Kristus juga telah mengalami penderitaan badani. Tujuannya adalah agar orang percaya menjadikan Kristus sebagai teladan ketika mengalami penderitaan. Nasihat Petrus dalam bagian ini fokus kepada para pekerja yang dapat juga disebut sebagai budak. Perikop ini banyak kemiripan dengan bagian PB yang lain (Efesus 6:5-9; Kolose 3:22-4:1; 1 Timotius 6:1-2; Titus 2:9-10 dan 1 Korintus 7:21-22). [16] Petrus tidak menggunakan kata hamba yang biasa dipakai dalam PB dou/loi. Kata yang dipakai untuk hamba pada bagian ini adalah oi` oivke,tai, bentuk tunggal dari oivke,thj (ayat 18). Kata ini dapat berarti “hamba/budak di dalam rumah atau budak domestik.”[17] Petrus dalam hal ini tidak membahas perihal sikap tuan terhadap hamba, melainkan sikap hamba terhadap tuan. Pada zaman itu, perbudakan dapat terjadi di berbagai tempat di dunia. Di Roma sendiri, jumlah para hamba tidak jauh lebih banyak dari pada orang bebas. Seorang hamba tidak berhak lagi sepenuhnya terhadap dirinya sendiri. Hidupnya sepenuhnya telah menjadi miliki tuannya.[18] Tidak ada unsur kebencian terhadap perhambaan dalam bagian ini, meskipun hal ini tidak berarti penulis setuju terhadap perhambaan. Dia menulis bahwa pada masa Perjanjian Baru, jumlah budak di Romawi sudah mencapai jutaan orang. Penekanan Petrus ada pada kata “tunduklah dengan penuh ketakutan.” Ketika membaca kalimat ini saja sudah memberikan kesan adanya perlakuan yang negative dari seorang tuan kepada seorang hamba. Frasa ὑπνηαοοόκελνη ἐλ παληὶ θόβῳ pada ayat 18 memakai bentuk Penderitaan yang dialami oleh seorang hamba karena memiliki seorang tuan yang kejam adalah sebuah pengalaman yang tidak luput dari pengetahuan Allah (ayat 19). Menanggung penderitaan yang seharusnya tidak ditanggung adalah kasih karunia dari Allah dan atas kehendak Allah. Petrus menjadikan Kristus sebagai Teladan Penderitaan bagi mereka. Kata yang dipakai untuk “teladan” adalah ὑπνγξακκὸλ (2:21).

 

2.3.3.      Menanggung Penderitaan Ketidakadilan (1 Petrus 3:14-22)

Ada dua bagian yang mendahului bagian ini yaitu 1 Petrus 3:1-7 dan ayat 8- 13. Dalam kedua bagian sebelumnya memang tidak terdapat kata penderitaan. Sedangkan dalam bagian ini Petrus memakai kata penderitaan sebanyak tiga kali (dalam ayat 14, 17 dan 18). Meskipun dalam kedua bagian sebelumnya Petrus tidak ada memakai kata penderitaan, tetapi kesan yang ditimbulkan dari penjelasan Petrus mengenai kehidupan suami isteri (ayat 1-7) dan mengenai kehidupan antara sesama orang percaya (ayat 8-13) adalah sama yaitu suasana penderitaan terjadi karena telah menjadi Kristen. Ketundukan seorang isteri (ayat 1) terhadap suami yang tidak taat oleh Firman pasti mengalami penderitaan baik secara psikologis maupun secara badani (dalam bentuk pemukulan atau yang serupa dengan itu). Demikian juga di antara sesama ketika tidak menemukan kesepakatan dan perasaan yang sama (ayat 8) pasti akan menimbulkan sikap dan perlakuan yang kasar/jahat (ayat 9). Sikap yang demkian adalah penderitaan yang mau tidak mau dialami oleh orang percaya. Topik yang dibicarakan dalam bagian ini adalah mengenai penderitaan yang seharusnya tidak ditanggung oleh orang percaya. Tiga kali kata πάορω (pascho) dipakai dalam bagian ini yakni dalam ayat 14, 17 dan 18. Dalam ayat 14 kata kerja menderita dihubungkan dengan kebenaran. Dalam ayat 17 kata kerja menderita dihubungkan dengan berbuat baik (dikehendaki Allah) dan dibandingkan dengan menderita karena berbuat jahat. Dan dalam ayat 18 kata kerja menderita ada dalam bentuk aorist aktif indikatif orang ketiga tunggal yang secara langsung menunjuk kepada kematian Kristus di kayu salib sekali (untuk selamanya) demi dosa manusia. Ayat 18 ini adalah ayat yang menjelaskan keterlibatan Allah Tritunggal. Ketika sampai pada penjelasan kematian Kristus dan kebangkitan-Nya, Petrus secara tidak langsung menjelaskan peranan Allah Tritunggal. Kristus telah menderita dan mati bagi dosa manusia yang merupakan penggenapan dari apa yang Roh nyatakan kepada para nabi-nabi dalam Perjanjian Lama (1 Petrus 1:10-12). Roh turut membangkitakan Kristus dari kematian dan apa yang diperbuat Kristus adalah untuk membuka jalan kepada Allah (Bapa) bagi manusia. Apa yang hendak diajarkan oleh Petrus dalam bagian ini? Apa yang dijelaskan dalam ayat 13-17 dibuktikan oleh Petrus bahwa Kristus telah melakukannya lebih dahulu, yaitu mati demi apa yang benar dan mati sebagai pengganti manusia yang berdosa di kayu salib.[19] Ini merupakan teladan yang sempurna dari Kristus. Kematian Kristus sebagai pengganti bagi orang berdosa ditegaskan oleh frasa “Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar.”

2.3.4.      Penderitaan Badani (1 Petrus 4:1, 15, 19)

Ada dua hal yang hendak dijelaskan Petrus dalam bagian ini:

a). Pertama, pada bagian ini Petrus hendak menjelaskan alasannya mengapa orang Kristen mengalami penderitaan. Partikel νὖλ dalam ayat 1 menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya.[20] Penderitaan yang Kristus alami adalah penderitaan secara badani/daging. Bagian ini berhubungan dengan yang terdapat pada ayat sebelumnya dalam 3:18. Ayat 1 ini dapat dipahami sebagai penegasan kembali oleh Petrus dari 3:18. Frasa “menderita penderitaan badani” dalam ayat ini menjelaskan hubungan antara penderitaan Kristus dengan penderitaan orang percaya.[21] Inilah pokok pikiran yang baru yang hendak dijelaskan oleh Petrus dalam bagian ini. Pengikut Kristus tidak luput juga dari penderitaan yang akan datang. Petrus mempersiapkan para pembacanya untuk dapat menerima penderitaan yang mereka alami sebagai alat untuk menyucikan mereka. Kalimat mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian memberikan pengertian bahwa karena Kristus telah menderita secara jasmani, maka orang Kristen pun harus bersedia menghadapi penderitaan secara jasmani. Bagian ini sebagai persiapan terhadap penjelasan selanjutnya bahwa penderitaan yang akan dialami oleh orang percaya digambarkan sebagai nyala api siksaan (4:12). Dan jika hal itu datang kepada mereka, mereka tidak perlu heran karena diingatkan terlebih dahulu oleh Petrus dan karena Kristus juga sudah menderita terlebih dahulu sebelum mereka.

b). Kedua, Petrus hendak mengatakan bahwa barangsiapa telah menderita badani, ia telah berhenti berbuat dosa (4:1b). Apakah maksudnya telah berhenti berbuat dosa? Perihal frasa tersebut Daniel C. Arichea berkomentar demikian, “Bagian ini dapat diterjemahkan dengan menunjukkan bahwa seseorang tidak mau lagi terus berbuat dosa, misalnya: dia pasti tidak mau berbuat dosa lagi atau dia pasti mau meninggalkan atau juga dia pasti akan berpaling dari dosa.”[22]  Telah berhenti berbuat dosa dapat dipahami sebagai sebuah keinginan tidak lagi mau (dosa telah kehilangan kekuatan pengaruhnya dalam diriorang percaya) berbuat dosa. Hal ini sejalan dengan penjelasan Petrus pada ayat-ayat sebelumnya ketika menjelaskan mengenai baptisan dalam 3:21. Baptisan dimaknai sebagai kematian dalam baptisan Sudah seharusnya orang percaya meninggalkan dosa di belakang mereka dan hidup dalam kehidupan baru (Rm. 6:1-11).[23] Orang Kristen yang menderita telah turut mengambil bagian dalam salib Kristus dan tidak lagi terpikat oleh daya tarik dosa seperti keinginan-keinginan manusiawi biasa, karena dia hanaya akan terpikat oleh daya tarik Allah (Gal. 6:14).[24]

Kehidupan yang baru itu berarti menggunakan waktu yang ada menurut kehendak Allah yang dijelaskan dalam ayat selanjutnya (4:2). Keinginan manusia dipertentangkan dengan kehendak Allah dalam ayat ini. Perbandingan yang benar benar berbeda antara orang yang percaya dengan orang yang tidak percaya. Adalah merupakan kehendak Allah jika orang percaya menderita dinista karena nama Kristus (4:14) dan adalah bukan kehendak Allah jika orang Kristen menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat atau pengacau (4:15). Dalam 4:19, Petrus menyimpulkan penjelasannya agar orang Kristen yang menderita penderitaan badani karena kehendak Allah menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik kepada Pencipta yang setia. Nasihat yang dikembangkan oleh Petrus dalam bagian ini adalah agar orang percaya tidak mengalami penderitaan karena perbuatan jahat sehingga orang mencap mereka sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau (1Petrus 4:15). Jika mereka menderita karena hal yang dijelaskan dalam ayat 15, keadaan itu bukanlah yang dikehendaki Allah. Orang Kristen hanya akan menderita karena nama Kristus (ayat 16).

 

2.3.5.      Menderita Untuk Seketika Waktu Lamanya (1 Petrus 5:10)

Apa yang ditegaskan Petrus dalam penutup suratnya ini bila ditinjau dari susunan gramatikanya adalah bahwa, pertama: Allah, yang memiliki semua/banyak kasih karunia adalah Pribadi yang telah memanggil orang-orang percaya untuk masuk ke dalam kekekalan kemuliaan-Nya; kedua: Allah memanggil orang-orang percaya melalui Kristus Yesus; ketiga: orang-orang percaya diizinkan untuk mengalami/ merasakan penderitaan (konsekuensi dari panggilan tersebut) sebagai orang Kristen; keempat: Allah aktif dalam memberikan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, mengokohkan/mendasarkan orang Kristen selama mereka mengalami penderitaan. Bentuk future active indicative dari kata keempat kata kerja ini menekankan dua tujuan utama: dari sudut pandang aspek (with reference to aspect) dan sudut pandang waktu (with reference to time). Dalam ayat ini tujuan utamanya adalah ditinjau dari sudut pandang kedua, yaitu sudut pandang waktu. Penekanan utama dari tenses/bentuk waktu ini adalah kehadiran dari si pembicara (selalu) dalam waktu yang akan datang.[25] Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran Allah pada waktu yang akan datang ketika orang percaya sedang mengalami penderitaan adalah pasti dan selalu, sumber dari semua kasih karunia yang sanggup untuk menjamin tindakan akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, mengokohkan/mendasarkan. Sampai kapankah atau berapa lamakah orang percaya harus mengalami penderitaan? Ini merupakan pertanyaan yang sering diajukan oleh orang yang sedang mengalami penderitaan. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa penerima surat 1 Petrus ini mempertanyakan pertanyaan yang sama. Jawaban dari Petrus adalah bahwa Penderitaan Orang Kristen berlangsung hanya seketika waktu saja lamanya. Penderitaan ini hanya merupakan bagian kecil dari hidup orang Kristen jika dibandingkan dengan apa yang akan Allah berikan kelak kepada orang percaya.[26] 1 Petrus 5:10-11 merupakan kesimpulan penutup Petrus dalam seluruh berita suratnya yang pertama ini. Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan orang percaya akan perlindungan Allah ketika sedang mengalami penderitaan. Waktu yang seketika lamanya/sangat singkat ketika mengalami penderitaan dapat dipahami jika dibandingkan dengan panggilan Kristus bagi orang percaya kepada kemuliaan-Nya yang kekal.

 

2.4.            Pandemi Global Covid 19

2.4.1.      Pengertian Pandemi

Menurut KBBI Pandemi adalah penyakit yang menyebar secara global meliputi area geografis yang luas.[27] Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi ini tidak ada kaitannya dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi. Akan tetapi, pandemi berhubungan dengan penyebaran secara geografis.[28] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global. Hal ini diumumkan Rabu (11/3/2020) malam. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 126.000 orang di 123 negara, dari Asia, Eropa, AS, hingga Afrika Selatan. "Dalam dua minggu terakhir jumlah kasus di luar China telah meningkat tiga belas kali lipat dan jumlah negara yang terkena dampak meningkat tiga kali lipat," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesusus dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa. Pandemi bisa dikatakan penyakit menular.[29]  Sepanjang sejarah, sejumlah pandemi penyakit telah terjadi, seperti cacar (Variola)[30] dan tuberkulosis.[31] Salah satu pandemi yang paling menghancurkan adalah maut hitam,[32] yang menewaskan sekitar 75–200 juta orang pada abad ke-14.[33] Jadi pandemi itu adalah penyakit yang menyebar luas secara gelobal meliputi secara luas ke berbagai tempat dan menyebabkan terjadinya kematian dari berbagai aspek kehidupan manusia.

 

2.4.2.      Pengertian covid 19

Virus corona adalah virus yang biasanya menyerang saluran pernapasan. Nama ini berasal dari kata Latin “corona” yang artinya adalah mahkota. Nama ini diambil karena bagian luar yang mengelilingi virus-virus ini runcing seperti mahkota.[34] Corona virus diases 2019 atau yang biasa disingkat Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis corona virus. Penderita Covid 19 dapat mengalami demam, batuk kering dan kesulitan bernafas, gejala dapat berkembang menjadi pneumonia berat. Covid 19 ini adalah virus yang bisa menyebar dari satu orang ke orang lain melalui droplet cairan atau cipratan liur yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, bahkan berbicara. Jarak jangkau droplet biasanya hingga 1 meter. Droplet bisa menempel di benda, namun tidak akan bertahan lama di udara. Masa waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis antara 1 – 14 hari dengan rata-rata 5 hari. Maka, orang yang sedang sakit diwajibkan memakai masker guna meminimalisir penyebaran droplet. Namun sampai saat ini belum diketahui penyebab dari virus corona, tetapi diketahui virus ini disebabkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies lainnya, termasuk manusia. Diketahui virus corona berasal dari kota Wuhan di China dan muncul pada desember 2019, dan akibat penularanya begitu cepat serta korban-korbannya yang terus bertambah, maka pada 11 maret 2020 organisasi Kesehatan dunia (WHO) menetapkan sebagai pandemi, artinya wabah yang berjangkit serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas atau penyakit epidemic yang tersebar luas. Penetapan covid 19 menjadi pandemi, juga di implementasikan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.[35] Indonesia sendiri ada virus corona setelah dua orang Indonesia dinyatakan positif terjangkit virus corona, maka presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 mengeluarkan himbauan: physical distancing, menjaga jarak atau pembatasan fisik. Himbauan ini mengakibatkan semua kegiatan yang menuntut kerumunan orang harus dihentikan. Masing-masing orang harus: tetap di rumah (melakukan kegiatan dari rumah); tidak berjabat tangan; menjaga jarak minimal 1,5 meter; menggunakan masker, rutin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, istirahat yang cukup, olahraga; mengkonsumsi vitamin C dan E. tentu saja efek C-19 ini tiba-tiba merubah gaya, pola dan tampilan hidup orang yang dalam hubungan kekerabatanya, kegiatan ekonomi, dan terutama kegiatan seremonialnya. Ibadah dan kegiatan gereja di tutup namun di lakukan secara virtual.

 

2.5.            Refleksi

Pada saat pandemi umat manusia diseluruh dunia diperhadapkan dengan wabah virus corona dan keadaan yang sangat mengejutkan dan meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan. Bukan hanya kekhawatiran akan penderitaan fisik yang diakibatkan oleh covid-19, namun juga seluruh aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, hingga religiositas dan spiritualitas manusia menjadi terganggu. Di tengah situasi ini banyak orang mengalami penderitaan yang luar biasa karena kebiasaan yang selama ini sudah berjalan terganggu dengan hadirnya covid 19 tersebut. Hidup di tengah dunia tidak akan pernah terlepas dengan yang namanya penderitaan karena penderitaan harus dijalani manusia karena manusia telah jatuh ke dalam dosa. Akan tatapi walaupun penderitaan itu menghampiri itu tidak selalu mambuat manusia jatuh terpuruk. Dari penderitaan manusia belajar untuk bertahan, bertumbuh, berproses menjadi lebih baik. Dari penderitaan manusia belajar untuk semakin berempati terhadap dirinya, keluarga dan lingkungan di mana ia berada. Dari penderitaan juga bisa menghadirkan ide ide yang baru sehingga di dalam kelangsungan kehidupan manusia boleh saling berbagi, peduli satu dengan yang lainnya. Penderitaan juga bisa menghadirkan kedisiplinan hidup sehingga membuat kualitas hidup semakin lebih baik. Oleh karena itu ketika seseorang sedang menghadapi penderitaan dalam hidupnya hendaklah ia jangan menggerutu dan menyalahkan keadaan, menyalahkan dirinya sendiri dan orang lain, tetapi selalu belajar mengambil nilai positif yang ada di setiap penderitaan yang datang sehingga kita bisa belajar untuk menjadi yang lebih baik.

 

III.  KESIMPULAN

 

1.    Tidak diragukan lagi bahwa surat 1 Petrus merupakan surat yang memberikan pengharapan di tengah-tengah penderitaan sebagai orang Kristen. Penderitaan orang percaya adalah untuk membuktikan kemurnian iman (1 Petrus 1:7), penderitaan yang bukan karena perbuatan dosa, melainkan karena kasih karunia Allah dengan Kristus sebagai teladan (2:19-21), dan tidak perlu heran jika sebagai orang Kristen harus menderita penganiayaan karena Kristus juga telah lebih dahulu menderita (4:12-16).

2.   Penderitaan orang percaya merupakan kehendak Allah dan bertujuan untuk membuktikkan kemurnian iman di dalam Yesus Kristus. Petrus menegaskan dalam suratnya bahwa karena Kristus telah menderita penderitaan badani, hendaknya juga orang percaya memperlengkapi pikiran dengan sikap yang demikian (1 Petrus 4;1). Dalam menghadapi penderitaan badani, orang percaya diingatkan petrus untuk menyerahkan kehidupan mereka pada kesetiaan Allah sebagai pencipta (4:19). Kesetiaan Allah merupakan jaminan bagi orang percaya dalam menghadapi penderitaan.

3.   Orang percaya dalam surat 1 Petrus adalah mereka yang sudah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Mereka meyakini bahwa hidup ini adalah anugerah dari Allah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga, sekalipun oleh kematian. Petrus mengajak orang percaya untuk meneladani kehidupan Yesus Kristus dalam penderitaan-Nya.

4.   Petrus memberikan perintah kepada para hamba-hamba untuk tetap diam dalam perbuatan baik. Dalam hal ini Rasul Petrus memberikan pandangan bagi para hamba-hamba bahwa Kristus yang adalah kebenaran pun mengalami penderitaan. Sangatlah jelas Petrus memberitahukan kepada mereka kemungkinan akan terjadi penganiayaan dan penderitaan bagi mereka. Dan jika mereka dianiaya karena berbuat baik maka itu adalah kasih karunia.

5.   Wabah covid 19 yang terjadi saat ini dapat menimpa siapapun tanpa memandang bulu, karena itu orang percaya diharapkan untuk selalu mengandalkan Tuhan  dan mematuhi aturan pemerintah. Perlindungan Allah yang dideskripsikan sebagai jaminan pemeliharaan Tuhan terjadi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi acuan konsep pemeliharaan dan proteksi Tuhan di masa pandemi ini. Perlindungan Allah berlaku untuk kehidupan keseharian umatNya di dalam dunia yang penuh penderitaan. Jika Tuhan mengijinkan orang percaya masuk dalam penderitaan akibat covid 19, pasti Allah memberi kekuatan untuk menanggung penderitaan itu. Jika Allah menginjinkan orang percaya meninggal karena covid 19 itu juga adalah bentuk perlindungan Allah dalam hal memelihara iman orang tersebut. Orang percaya masa kini diharapkan menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan dengan cara taat kepada aturan yang dibuat pemerintah yang menjadi sarana untuk memelihara orang percaya dalam situasi pandemi covid-19. 

 

 

IV. DAFTAR PUSTAKA

…………KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

A.F.walls, Petrus,Surat pertama dalam ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II M--Z Jakarta:YKBK, 2007

A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, Third Edition (BDAG 2000).

Ais, Rohadatul, Komunikasi Efektif Di Masa Pandemi Covid-19 Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Era 4.0, Tangerang: Makmood Publishing, 2020

Arichea ,Daniel C. Jr., dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2009,

Arichea dan Nida, 81. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Yekobus, 1 dan 2 Petrus,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005

Dieter, Horst Theology of The Old testament Vol.II, (Einburg:T&T Clrk,1984

Duyverman, M.e. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM,1996

Eldon Ladd, George, Teologi Perjanjian Baru jilid II, bandung:Yayasan Kalam Hidup,2022

Gemeren, William Avan New International Dictionary of The Old Testament Theologi And Exegesis Vol II, (Paternoster Press, 1977)

H.David Wheaton,Ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003

Holladay,Carl R. A Critical Introduction to The New testament ,Nazhville, Abingdon Press, 2005

John drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011

J.H.bavinck, Sejarah Kerajaan Allah,  (BPK-GM, 2007)

L. Constable, Thomas, Notes on 1 Peter 2013 Edition, Copyright © 2013 Published by Sonic Light: http://www.soniclight.com

Masriadi, H. Epidemiologi Penyakit Menular, Depok: PT. Raja Grafindo, 2014

Munthe, Pardomuan, Gempa Rohani, Medan: Pt. Penerbit Mitra Grup, 2020

Paine,Stephen W 1 Petrus dalam The Wycliffe Bible Commentary, Malang: Gandum Mas, 2001

Raymer, Roger M. 1 Peter dalam Bible Knowledge Commentary: New Testament, CD ROOM: PC Study Bible 5, Copyright©, 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights reserved

Richard Lawrence O., ensyclopedianof Bible Words, Grand Rapids Michigan:Zondervan Publishing House,1991

Sapan Sara L, dan Dicky Dominggus, Tanggungjawab Penggembalaan Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4, Jurnal Teologi Amreta, 2020

Tenney,  Merril G, Survai Perjanjian Baru, Malang-gandum Mas,1997

Wallace,Daniel B. The Basics of New Testament Syntax, Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2000

W.F.amdt, F.W.Gingrich, and F.W.Danker, A Greek-english Lexicon oh The New Testament and other early Christian Literature, Third edition (BDAG), (University of Chicago, 2000)

 

 

https://kbbi.web.id/pandemi, diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.00 Wib

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi, diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.30 Wib

 



[1] Sara L, Sapan dan Dicky Dominggus, Tanggungjawab Penggembalaan Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4, (Jurnal Teologi Amreta, 2020), 124

[2] Merril G Tenney, Survai Perjanjian Baru, (Malang-gandum Mas,1997),430

[3] M.e.Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM,1996), 183

[4] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru jilid II, (bandung:Yayasan Kalam Hidup,2022), 405

[5] David H.Wheaton,Ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003), 813

[6] A.F.walls, Petrus,Surat pertama dalam ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid II M--Z (Jakarta:YKBK, 2007), 259

[7] John drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011), 488

[8] J.H.bavinck, Sejarah Kerajaan Allah,  (BPK-GM, 2007), 910

[9] …………KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 119

[10] William Avan Gemeren, New International Dictionary of The Old Testament Theologi And Exegesis Vol II, (Paternoster Press, 1977), 575

[11] Lawrence O.Richard, ensyclopedianof Bible Words, (Grand Rapids Michigan:Zondervan Publishing House,1991), 472

[12] Horst Dieter, Theology of The Old testament Vol.II, (Einburg:T&T Clrk,1984), 141

[13] W.F.amdt, F.W.Gingrich, and F.W.Danker, A Greek-english Lexicon oh The New Testament and other early Christian Literature, Third edition (BDAG), (University of Chicago, 2000)

[14] Carl R.Holladay, A Critical Introduction to The New testament , (Nazhville, Abingdon Press, 2005), 697

[15] Marril G.Tenney, Survei Perjanjian Baru, 425

[16] Daniel C. Arichea Jr., dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia), 2009, 81.

[17] A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, Third Edition (BDAG 2000).

[18] Arichea dan Nida, 81. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Yekobus, 1 dan 2 Petrus,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 334.

 

[19] Roger M. Raymer, 1 Peter dalam Bible Knowledge Commentary: New Testament, (CD ROOM: PC Study Bible 5, Copyright©, 1983, 2000 Cook Communications Ministries. All rights reserved.)

[20] A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, Third Edition (BDAG 2000).

[21] Arichea Jr., dan Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, 130.

[22] Ibid., 131.

[23] Thomas L. Constable, Notes on 1 Peter 2013 Edition, (Copyright © 2013 Published by Sonic Light: http://www.soniclight.com), 55.

[24] Stephen W. Paine, 1 Petrus dalam The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas, 2001), 1007

[25] Daniel B. Wallace, The Basics of New Testament Syntax, (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2000), 244.

[26] Arichea Jr., dan Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat 1 Petrus, 178.

[27] https://kbbi.web.id/pandemi, diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.00 Wib

[28] Rohadatul Ais, Komunikasi Efektif Di Masa Pandemi Covid-19 Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Era 4.0, (Tangerang: Makmood Publishing, 2020), 33-34

[29] H. Masriadi, Epidemiologi Penyakit Menular, (Depok: PT. Raja Grafindo, 2014), 1-2.

[30] Variola atau cacar adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Penyakit ini dikenal dengan nama latinnya, Variola atau Variola vera, yang berasal dari kata latin virus, yang berarti “berbintik”, atau Varus yang artinya jerawat.

[31] Tuberkulosis, atau Tb merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umum Mycobacterium tuberculosis (disingkat “Mtb” atau “MTbc”)

[32] Maut Hitam, disebut juga Wabah Hitam atau Black Death, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351 ) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi multiregional.

[33] https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi, diakses selasa 05 Oktober 2021, pukul 20.30 Wib

[34] Rohadatul Ais, Komunikasi Efektif di Masa Pandemi Covid-19, 33-34

[35] Pardomuan Munthe, Gempa Rohani, (Medan: Pt. Penerbit Mitra Grup, 2020), 03

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url